Sabtu, 31 Januari 2015

Pagi, Siang, Senja dan Malam ku...

Jangan pernah meragukan pagi..karena walaupun kaget membangunkan,ia seperti awal untuk memulai langkah kecil menuju apa yg kau tuju
Hari ini hari baru lagi..melangkah lagi, meraih mimpi lagi, bertarung lagi... sungguh tiada akan pernah usai... Yaaa perkara setiap umat manusia yang tidak pernah usai selama hayat masih dikandung badannya... tertuju dengan pasti, melebur kisah yang hakiki...dan biasanya sapaan ramah seseorang mengindahkan diri diawal Pagi...


Siang itu berbahasa akan terik atau teduh..dan hanya rasa bersahabat yg kita perlu untuk bergulat tiap harinya didalam siang
Alangkah indah ketika siang kita berjalan sesuai harapan.. namun kadang orang orang bertindak sesukanya tanapa memperdulikan sedikit saja orang disekitarnya... Yaaa, aku ini lemah akan perasaan sedangkan mereka sangat angkuh, keji dan terlalu sombong!


Bukankan penting arti sebuah senyuman dalam waktu senja yg mengarak semesta pada temaram malam..?
Merasa lelah dan hari terlewat begitu saja, sama, konstan dan tidak berkembang?? Yaaa kerap kali dirasakan bersamaan peluh akan hari hari yang menyibukan diri tenggelam bersama tuntutan... Aku berupaya untuk terus tersenyum didalam ayunan denting piano yang membuat senja ku semakin melankoli saja... Lalu aku berdamai, dan tersenyum, nyatanya apa yang sudah ku jalani ini memang jalan yang membesarkan aku, masa depanku...


Sungguh arti malam begitu meleburkan mimpi mimpi kita yang pagi atau siangnya mungkin saja berhamburan
Sepi dan malam itu bahasa semesta bukan? biasa nya hujan, lalu aku dengan langit yang berhadapan, saling menjamah dengan entah..memabukkan diri akan diskusi dalam hati dan tangan menuliskan... kau sadari atau tidak,  itu instrument paling indah antara kau dan Sang Pencipta yang menerbangkan semua itu pada mimpi, agar kita percaya besok harus bangun lagi...


Yaaa..seperti itu lah keterikatan diri kita ini berkembang melewati hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan dan tahun demi tahun yang akan terus bercerita akan Pagi, Siang, Senja dan Malam...


Kamis, 15 Januari 2015

#Berikan Aku Pelangi 12



Saat burung berterbangan di awan ku.. saat aku sudah letih dan berlari sesisa tenaga ku
Yaaa aku memelih berhenti..aah dasar pemilih!
Guncangan alam dan perkataan orang, menjadikan aku semakin memilih..dan ku rasa pilihan ku yg terbaik dan membahagiakan..

Sepi itu bahasa semesta bukan? Jadi engkau tak perlu risau jika sepi berbahasa.. artikan saja dan yaa seperti sajakku yang lainnya, nikmati saja..
Dibawah langit sore yang mengarak naik, aku selalu riuh dengan pesona alam... tapi tidak kali ini

Bahkan seorang sahabat menguatkan aku dengan berkata “pohon yang menggugurkan daunnya pun bukan menandakan bahwa ia mati....”
Yaaa tepat sekali, berhenti, memilih bahkan sepi bukan lah akhir... bisa saja itu permulaan dan terimakasih aku masih memiliki jutaan nikmat yang tiada pernah tara...




Selasa, 05 Agustus 2014

terseyumlah..



Membungkan alam kau tak akan mampu..
Yang disanggupkan atas semua adalah menerimanya..


Kamu tau arti sabar dan ikhlas, cobalah dengar cerita aku..


Ketika rumah tak lagi senyaman dulu, ketika kolega tidak memperhitungkanmu, ketika teman tak sedekat dulu, ketika sahabat pun mendustakanmu..
Kamu mau marah? Kamu mau benci dan terus terusan mengecap ketidakadilan dalam hati?
Tidak, tidak akan bisa kita menetang jalan yang sudah dibentangkan..
Karena hidup tidak melulu untuk senang-senang..


Ketika hasrat mu sudah setengah tapi lapisan tekatmu menguat, kamu mau apa?
Apakah harus melakukan maneuver lagi untuk mengikuti kata alam??
Tidak, tidak perlu.. karena itulah cara alam menunjukan makna sabar..
Karena apapun yang ada didunia diciptakan bergantian dan diperuntukan pertukaran..


Jadi, kalau gundah mu sudah hilang, datang lagi pada aku si pemilik senyuman..
Walaupun harus mengalah dan menunggu pergantian, kamu harus selalu membesarkan hati dan menerima..
Karena akan selalu ada gumaman kecil dalam hati, jalani saja sambil terus meyakini  jika bukan dirimu siapa lagi yang akan memantaskan tawa bahagia mu?

Kamis, 24 Juli 2014

Semalam

Begitu berartinya hari semalam, saat kamu begitu menyakinkan aku untuk datang dan bercerita banyak, tertawa lepas, merengkuh erat...lagi..setelah lama saat aku sudah begitu lelah dengan hari-hari ku, kamu begitu asyik dengan dunia mu, tapi mampu membagi waktu untuk kita tertawa lagi..terimakasih sayang {}

Ingin rasa melumat malam, berdua dalam malam yang mempertemukan kangen...

Ketika peluh aku keluarkan, kamu hanya senyum dan bilang kalau kamu disamping aku..
Ketika yakin ku mulai melemah, kamu bercerita tentang bahasa kekuatan..
Ketika aku mau berenti, kamu terus menyemangati aku untuk berlari..

Semalam yang begitu berarti,untuk aku,

Aku terkadang suka sinis dalam berkata-kata, tapi kamu selalu manis untuk menuntun aku..
Aku selalu bilang, "Ahh gak yakin aku, pasti nanti begitu lagi deh..."
Tapi kamu selalu ketawa dan bilang "Lebay kamu, belum dicoba jalanin...santai aja sih yang, coba liat nilai positive sambil dijalanin..."

Aku selalu menemukan tempat bermanja lainnya diluar orang tua dan kakak-kakak yaa hanya sama kamu...

Kamu sering mengrutu "Ih parah manja bgt sih kamu..."
Tapi tetap kamu lakuin buat aku..
Aku juga kerap melontarkan pertanyaan konyol, tapi kamu tetep aja menjawab dengan sabar hehe baiknya kamu :)

Aku selalu diajarin untuk memaafkan, berfikiran positive dan bercanda untuk hal-hal yang kadang -kaum wanita, biasanya- suka dibesar-besarin menjadi hal lucu dan gak abis-abis nya kita
menertawakan itu...hahahaha

Semalam kamu bilang akan hal yang selalu kamu ucapkan 4 tahun belakangan ini, untuk aku itu terasa sangat spesial...mungkin karena kangen dan mungkin juga karena kamu terlalu memperlakukan aku dengan spesial :")
Terimakasih sayang, atas kesederhanaan kamu membawa cinta, kasih, sayang, dan tawa bahagia seperti semalam.


Much love, Taufiq Ramdhani

Selasa, 17 Juni 2014

ordinary me ♥w♥













 no edit, no make up XOXO
just brings the way i smile :))

#Berikan Aku Pelangi 11



Pernah aku bilang bahwa ini masa yang terlalu cepat untuk meminta pelangi hadir lagi…
Dan pernah aku katakan pula tentang tiga sisi kontroversial….

Aku tengah diberi kenikmatan ketika Yang Maha Kaya terus memberikan, walau sepenggal harap hanya terucap didalam hati ini..
Dan,
Aku tersentak ketika alam merubah pemandangan senja indah menjadi menakutkan..
Semua pergi  berhamburan dan berlarian..
Aku diam sejenak, karena yang terpenting adalah berdamai dengan diri ketika alam tak mampu tunjukan damai…

Aku pemilih..dan aku memilih memasrahkan jalan ketika semua upaya sudah dikerahkan
Tapi apapun yang kita pilih, pasti segelinitir pihak berbicara diluar kuasa kita
Yakinlah terhadap diam pada pilihan dan kebaikan Allah SWT..
Kamu tahu?? Ketika Allah SWT menggerakan alam, walaupun kau diam, semua orang menyaksikan..


Selanjutnya adalah pertempuran lagi, pilihan lagi, menikmati lagi, menunggu lagi atau bersabar lagi..
Siklus perputaran, karena itu semua memang ada nya dan tidak bisa kita musnah karenanya..

Rabu, 26 Maret 2014

Renungan malam, persembahan Tommy Gede Raharjo untuk Asti Swastiani

Kenapa Harus Jadi Pegawai Negeri?

Ceritanya Seorang Ayah sedang pusing tidak kepalang. Bagaimana tidak, anak laki-lakinya yang sulung yang menjadi tumpuan cita-citanya menolak untuk jadi pengusaha. Anaknya bersikeras ingin jadi pegawai negeri. Alasannya sederhana menjadi pengusaha penuh resiko dan melelahkan, sementara jadi pegawai negeri kerjanya santai, uangnya pasti (meski tidak kerja serius dan sering bolospun gaji tidak berkurang), terus waktu tua dapat jaminan.

Bapaknya marah besar dengan alasan tersebut.

"Bapak ini pegawai negeri tapi bapak tidak bekerja dengan alasan seperti kamu.", demikian suara keras sang Ayah.

"Bapak mengabdikan diri pada negeri ini meski bapak sering merasa asing di negeri sendiri...Bapak sering merasa tolol diantara para pemeras rakyat yang sah dimata hukum. Jadi pengusaha itu lebih mulya, kamu bisa membantu memberi nafkah orang lain...". Bentak bapak.


Si anak diam tidak menjawab dalam ketakutannya.

Karena dimarahi bapaknya, si anak kabur dari rumah.
Seminggu tidak ditemukan. Bapak masygul mencari anaknya kesana kemari. Di minggu kedua nenek si anak telepon bahwa cucunya baik-baik saja ada di rumah neneknya.

Mendengar kabar tersebut, bapak langsung datang ke rumah ibunya. Setelah bertemu anaknya terjadilah dialog dari hati kehati antara bapak dan anak.

“Mengapa kamu bersikeras ingin jadi pegawai negeri, nak?”

“Di negeri ini jadi pengusaha susah, Pak, banyak birokrasi, mendingan saya jadi birokratnya aja...Hidup lebih enak demikian”

“Kalau kamu memang ingin kerja mengapa tidak di perusahaan swasta?”

“Bagaimana saya bisa tenang kerja di perusahaan swasta, sementara pemerintahnya saja sering mempersulit pengusaha swasta kecuali orang-orang yang dekat dengan pemerintahan?”


Anaknya terus memberikan jawaban-jawaban skeptis.

“Baiklah anaku, kalau memang itu keputusan kamu sekarang ikutlah denganku…”

Lalu si bapak membawa anaknya jalan-jalan memasuki perkampungan. Di perkampungan bapaknya menunjuk beberapa rumah paling sederhana, memang seluruh kampung tersebut rumahnya mayoritas sederhana.

Kalau kamu bersikeras ingin jadi pegawai negeri, datanglah kamu ke lima rumah itu nak, dan mintalah sepuluh ribu rupiah tiap rumahnya lalu kamu bilang bulan depan kamu akan kembali lagi dan akan minta uang dengan jumlah yang sama.

Anaknya kebingungan dengan perkataan bapaknya. Bagaimana tidak, dia disuruh mengemis pada penduduk yang hanya untuk makanpun mereka kesulitan. Anaknya tidak mau menuruti perintah bapaknya, dia tetap diam.

Bapaknya kembali berkata dengan membentak. “Cepatlah kamu pergi meminta uang pada mereka, nak!! Bukankah kamu ingin jadi pegawai negeri? “


Anaknya tetap diam dan matanya mulai berkaca.

“Bapak...bagaimana mungkin aku mengemis pada mereka, sementara mereka untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja merasa kesulitan?”

Bapaknya kembali memaksa. “Cepatlah kamu pergi dan mintalah uang pada mereka!!!”

Kali ini anaknya menangis. “Aku tidak bisa, pak……Aku lebih baik bekerja dengan keras dan meneteskan keringat ini daripada aku harus meminta uang pada mereka...”, sambil meneteskan airmata.


Bapaknya kembali berkata, kali ini dengan suara lembut dan bijak... “Anakku..Negeri kita tercinta ini sedang sakit, kalau kamu jadi pegawai negeri hanya dengan alasan bekerja santai dan mendapatkan uang dengan pasti, kamu hanya akan menambah beban negeri ini. Beban rakyat yang hanya untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya saja mereka merasa kesulitan. Gaji pegawai negeri itu didapat dari rakyat yang miskin ini nak.... Lebih baik kamu jadi pengusaha dengan meneteskan keringat kamu sendiri untuk menafkahi keluarga kamu. Walaupun jadi pengusaha sangat kecil sekalipun tidak apa, itu jauh lebih mulia dari pada kamu mengemis uang pada rakyat yang miskin ini"....

Sang anak tertegun dan mengangguk.

Artikel by Tommy Gede Raharjo


P.s :
Anak muda harus tau apa yang menjadi cita-cita nya untuk dirinya, keluarganya, agamanya dan bangsanya.... pun harus tau cara bertahan agar tetap konsisten memegang mimpi-mimpinya. Seperti qoute yang sering aku bilang, "kalau kita berani bermimpi, kita harus bangun lebih pagi untuk mandi dan bergegas mengejar mimpi......."